Sekretaris Gelora Lahat Tentang Hari Ibu ‘Cinta Misi’

Minggu, 22-Desember-2019, 23:59


Lahat – Ketika menuliskan tentang wanita (Ibu), biasanya hadir adalah rangkaian-rangkaian sentiment yang mengaharu biru. Karena, hal inilah yang menjaga sedikit sifat melankolis kita. Tapi saya tidak terlalu pandai untuk menceritakan kisah mengharu biru itu tentang sesosok ibu.

Pada momen ini, saya dan kita semua lebih merasakan bahwa ibu adalah seorang yang memiliki rasa cinta dalam misi kehidupan dan akhirat lebihnya.

Dalam merawat dan menjaga kesepakatan jiwa dalam naungan cinta bersama pasangannya itu. Qur’an menjelaskan “Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah” (Lukman – 14).

Maka, ketika sembilan bulan setelahnya bayi itu lahir. Itulah asanya, itulah cinta dan citanya. Dan di situlah letak misi cintanya.

Oleh itu, Cinta Misi inilah sebagai syarat yang menyebabkan tidak akan pernah kita menyeimbangi jasanya apatah lagi untuk membalasnya. Tidak, sekali-kali tidak.

Perbendaharaan harta, waktu dan umur kita yang ada untuk merawatnya tetap tidak akan mampu membalas kesemua jasanya.

Seorang pemuda shalih dari Yaman menggendong ibunya dalam menjalankan ibadah tawaf sambil bersyair, “Akulah tunggangan ibuku, yang tidak akan pernah lari ketika tunggangan lain berlari meninggalkan.”

Kemudian dia bertanya kepada Ibnu Umar apakah setimpal jasa ibunya terhadap perlakuannya.?
Sekali-kali tidak.

“Bahkan,”-jawab Ibnu Umar,-“satu tarikan nafasnya ketika melahirkan tidak akan pernah terbalas.”

Karena itu adalah Cinta Misi yang diterangkan oleh Rasulullah ketika ada sahabat yang menanyakan perihal jasanya dalam merawat ibunya. Karena memang kita menjaga dan merawat menunggu pada kematiannya sedangkan ibu merawat dan menjaga demi kehidupan kita dunia pun akhirat nantinya. Itulah Cinta Misi.

Maka, dari cinta misi inilah anak-anak milenial mempergelarkan kepada sang ibu sebagai sang “Master Segala Ilmu”. Karena ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Yang pertama kali mengajarkan bahasa cinta dan sayang.

Cinta misi inilah yang menyebabkan biasanya seorang ibu akan lebih mampu mengambil peran seorang ayah, bahkan untuk memenuhi nafkah keluarga, asalkan halal ibu pasti lakoni dan bisa. Cinta misi itu sebegitu dahsyatnya.

Itu juga menjadi sebab, kita akan mampu berkumpul ketika kehilangan sosok ayah. Tapi, akan serasa sulit walau sekedar bersua jika kehilangan sosok ibu. Misi cinta itulah yang menjaga kita untuk tetap berkumpul bersama.

Misi cinta itu akan tetap terjaga walau sang bunda raganya tak lagi bersama kita. Misi itu kuat mengakar dalam pikiran dan hati kita.

Misi itu yang menjaga seorang anak akan tetap memperjuangkan cita-citanya walau tanpa ibu nantinya. Salah satu alasan paling utama adalah mempersembahkan kado terindah bagi ibu yang telah memberikan misi cinta itu.

Inilah imam Syafi’i memberi nama kitab fikihnya Al-Umm yang artinya ibu. Memang maksudnya adalah kitab itu adalah rujukan dan induk kaidah fikihnya tetapi juga sebagai persembahan cinta kepada sang bunda.

Ibu yang telah memberikan dan menyempurnakan Cinta Misinya.

Cinta misi itu dahsyat. Maka ketika al- Khansa memiliki empat putra dan kesemuanya menjadi syahid dalam membela agama. Ketika ditanya apakah penyesalannya. “Tidak ada lagi anak laki-laki yang dapat aku persembahkan untuk agama!”

Ibu yang telah menyempurnakan Cinta Misinya. Adakah seorang ibu yang memiliki Cinta Misi sedahnyat al-Khansa..?!

Sekali lagi, selamat hari ibu dan selamat merawat misi cinta itu?!

Lahat, 22 Desember 2019

(Aan LO)

donasi relawan lahatonline.com
Bagikan ke :
Share on Facebook Share on Google+ Tweet about this on Twitter Email this to someone Share on Whatsapp

BERITA TERKINI

LAHAT DALAM POTRET

LAHAT
MERAPI TIMUR - MERAPI BARAT - MERAPI SELATAN
PULAU PINANG - GUMAY ULU - GUMAY TALANG - LAHAT SELATAN
KOTA AGUNG - MULAK ULU - MULAK SEBINGKAI - PAGAR GUNUNG - TANJUNG TEBAT
TANJUNG SAKTI PUMU - TANJUNG SAKTI PUMI

Nak Keruan Gale

Seni Budaya

Wisata

Almamater