2024 Lahat Bertarung Ide dan Gagasan

Catatan Syaikh M A

Rabu, 11-Januari-2023, 19:00


398 hari lagi atau tepat nya 14 febuari 2024 mendatang menjadi penantian rakyat indonesia untuk menjalankan pesta demokrasi yang menjadi tolak ukur harapan perubahan, Pasca reformasi 1998 pemilu menjadi bahasan yang sakral bagi seluruh golongan mulai dari tingkatan masyarakat awam, akademisi, kaum buruh, para cendikiawan hingga elite politik, dinamika yang tertampak pun seakan menjadi santapan bergizi untuk di diskusikan, tak ketinggalan bagi warga kabupaten lahat, aroma pesta demokrasi 5 tahunan tersebut sudah mulai tercium keberadaan nya, dimulai dengan tersebar nya baliho-baliho hingga dukungan melalui media elektronik menjadi pemantik yang apik tanda gelanggang pemilu sudah mulai di buka.

Melihat itu semua saya secara pribadi pun mencoba merefleksikan perjalanan panjang pemilu yang telah terjadi terkhusus nya di kabupaten lahat yang menjadi kota tempat tinggal saya, dan sedikit kita mengingat kembali sejarah pola pemilu awal tahun kemerdekaan 1945 dimana pemilu pertma kali di laksanakan pada tahun 1955 dengan semangat revolusioner mempersatukan negeri para tokoh politik pada saat itu dari daerah sampai pusat memberikan tontonan yang menarik dengan pertarungan ide dan gagasan yang menjadi bahan pokok dalam politik praktis pada saat itu, sehingga tak khayal pemilu 1955 menjadi pemilu yang terbaik sepanjang sejarah dan sampai saat ini pun di rindukan untuk dapar terulang kembali. Setelah itu kita melompat pada fase orde baru di mana pada fase ini ide dan gagasan pada pemilu di kebiri dengan ada nya sistem otoriter kepemerintahan dimana politk kekuasaan bercongkol tegih yang membuat 32 tahun kepemerintahan orde baru pemilu hanya sebatas agenda 5 tahunan.

Dengan keadaan tersebut era reformasi pun masuk sebagai warna baru untuk mengembalikan hak demokrasi yang telah di kebiri selama 32 tahun, perjuangan aktivis, mahasiswa dan masyarakat 1998 memberikan momentum dan doa agar sistem pemilu kedepab menjadi sistem perubahan di mana politik praktis kembali pada trah nya untuk bertarung dengan ide dan gagasan agar dapat membangun negeri lebih baik lagi.

Setelah sedikit kita mengingat literatur singkat sejarah pemilu di indonesia maka kita akan kembali pada focus topik pembahasan di awal yaitu pemilu pasca era reformasi terkhusu nya kabupaten lahat, 2008 menjadi awal pemilu bagi seluruh indonesia termasuk kabupaten lahat dimana rakyat di perkenankan menggunakan hak suara nya untuk memilih eskutif dan leglislatif yang akan menjalankan roda kepemerintahan selama 5 tahun kedepan, dimana partai politik pun meluncurkan jagoan-jagoan mereka untuk dapat mengambil hati rakyat agar bisa menduduki jabatan- jabatan yang di pertaruhkan termasuk di kabupaten lahat.

Warna warni bendera dengan berbagai macam gerakan strategi nya pun terasa layak pegaleran sirkus menarik perhatian, singkat nya dari sekian banyak petarung yang ikut andil
Kuning dan gerakan sopan santun nya lah yang memenangkan pertarungan itu, harapan dan doa tersemayam dalam lukis wajah ibung- ibung di desa dan perkotan agar petarung kuning dengan frame sopan santun nya ini dapat membuat kabupaten lahat menjadi kabupaten yang lebih baik lagi kedepan nya.

Dan itu pun terbukti 10 tahun menjabat petarung kuning pun terkenal akan kebijakan yang memenuhi harapan masyarakat lahat dari mulai sekolah gratis, berobat gratis, membangun tempat pariwisata, hingga membuka luas sumber daya alam ( batu bara ) yang dapat di eksploitasi secara luas sebagai solusi kebangkitan ekonomi kabupaten lahat dan satu lagi yang lebih menarik yaitu bantuan kematian hingga bantuan untuk pernikahan warga, hingga pada akhir nya di ketahui kebijakan sekolah gratis dan berobat gratis merupakan program nasional dimana itu merupakan bantuan APBN untuk daerah- daerah sebagai tanggung jawab negara yg tertera dalam aturan UU, menarik bukan ?

Kebijakan membuka eksploitasi sumber daya alam pun yang kata nya untuk membangkitkan ekonomi daerah tak mampu membuat kabupaten lahat keluar dari kabupaten termiskin di sumatera selatan di lansir dari databook.co.id dari tahun 2008 sampai 2013 kabupaten lahat tetap masuk peringkat kabupaten termisikin di sumatera selatan dan itu bertahan sampai data terkahir tahun 2022, sungguh sangat luar biasa kebijakan tersebut.

Bahkan bantuan sosial pun yg di kemas untuk bantuan kematian dan bantuan pernikahan pun kerap jadi bahan kritik beberapa kelompok aktivis karna di anggap ada unsur korupsi, walaupun tahapan korupsi ini data nya belom lengkap untuk masuk dalam proses hukum.

Tapi ini cukup membuktikan ternyata politik santun yang di tampilkan oleh petarung kuning tak sesantun kebijakan yang beliau ambil dalam menjalankan roda pemerintahan kabupaten lahat selama 10 tahun tersebut.

Dan Secara pribadi saya menilai inilah yang terjadi apabila pemilu yang sejati nya harus bertarung ide dan gagasan terbiaskan dengan gerakan politik identitas.


Tak selesai sampai di situ kesalahan – kesalah ternyata membuat kita tak mampu berfikir kritis dan jernih 2018 pemilu di laksanakan kembali
Program calon bupati tak sepenuh nya di jadikan bahan uji petik sosok agar dapat menilai sosok tersebut pantas atau tidak menjadi pemimpin kabupaten lahat, malahan isu – isu sentralistik ke sukuan, hingga bahasan ngalih rase ( beralih rasa) itulah yang muncul di permukaan, janji nunggu betaruh jargon andalan menjadi pupukan yang mantap untuk membiaskan ide dan gagasan di tambah lagi elite partai yang ada serta kaum cendikiawan yang sejati nya menjadi pelita cahaya dalam melihat kebusukan yang ada tak banyak bertindak.

Yang terjadi kembali lagi politik identitas lah yang menang, isu yang lain terbiaskan kembali Dan ujian ide dan gagasan tak pernah terlaksana, mulai isu money politik, startegi permainan di penyelenggara pemilu tak tak pernah tampak di permukan seperti hilang di telan bumi, dan kembali kabupaten lahat tetap pada posisi nya menjadi kabupaten termiskin walaupun hasil sumber daya alam yg di eksploitasi sangat besar, terhitung cadangan batu bara kabupaten lahat itu sebanyak 2,2 milayar ton dan rata-rata ter produksi 20 ton pertahun yang seharus nya cukup untuk membuat ekonomi lahat menjadi ekonomi tertitinggi dari kabupaten lain nya di sumatera selatan. Tapi apa boleh buat itulah fakta yang terjadi pada saat ini.

Mengingat hal tersebut maka patutlah kita secara bersama untuk merenungkan agar bisa menatap kedepan dengan lebih elok lagi jangan lah kita melupakan ruh dari pemilu adalah demokrasi dengan ide dan gagasan bukan politik pemanis kata – kata yang membuat kita masuk ke jurang yang sama berulang kali, terkhusus nya pada para cendikiawan cerdik pandai yang ada di kabupaten lahat untuk dapat bersatu mengawal pemilu 2024 Dengan arif dan bijaksana biarkan pertarungan pemilu 2024 ini menjadi pertarungan ide dan gagasan untuk para calon di legislatif maupun eksekutif jangan di plintir sehingga kebingungan yang terjadi di masyarakat, canda maupun merah atau apalah sebutan nya harus lah kita uji dengan ide dan gagasan masing- masing mereka sehingga pemilu kedepan kita mendapat pemimpin yang benar mempunyai ide dan gagasan membangun kabupaten lahat bukan hanya mengandalkan uang atau politik identitas yang banyak menipu kedepan nya.


(Syaikh m. A)

donasi relawan lahatonline.com
Bagikan ke :
Share on Facebook Share on Google+ Tweet about this on Twitter Email this to someone Share on Whatsapp

BERITA TERKINI

LAHAT DALAM POTRET

LAHAT
MERAPI TIMUR - MERAPI BARAT - MERAPI SELATAN
PULAU PINANG - GUMAY ULU - GUMAY TALANG - LAHAT SELATAN
KOTA AGUNG - MULAK ULU - MULAK SEBINGKAI - PAGAR GUNUNG - TANJUNG TEBAT
TANJUNG SAKTI PUMU - TANJUNG SAKTI PUMI

Nak Keruan Gale

Seni Budaya

Wisata

Almamater