LahatOnline » Usai Lebaran Pemintaan Ayam “Pramuka” Meningkat

PROFIL KECAMATAN & DESA

KABUPATEN LAHAT

KEC. GUMAY TALANG KEC. GUMAY ULU KEC. JARAI KEC. KIKIM BARAT KEC. KIKIM SELATAN KEC. KIKIM TENGAH KEC. KIKIM TIMUR KEC. KOTA AGUNG KEC. LAHAT KEC. LAHAT SELATAN KEC. MERAPI BARAT KEC. MERAPI SELATAN KEC. MERAPI TIMUR KEC. MUARA PAYANG KEC. MULAK SEBINGKAI KEC. MULAK ULU KEC. PAGAR GUNUNG KEC. PAJAR BULAN KEC. PSEKSU KEC. PULAU PINANG KEC. SUKA MERINDU KEC. TANJUNG TEBAT TASTI PUMI TASTI PUMU

Download Aplikasi

VIDEO

Usai Lebaran Pemintaan Ayam “Pramuka” Meningkat

Selasa, 11-Juni-2019, 13:16

Post Views: 4,252

Kota Agung – Sudah menjadi tradisi ketika ada sanak keluarga yang menggelar hajatan atau syukuran, kabutuhan akan ayam “Pramuka” yang tak lain adalah sortiran ayam petelur dari perternakan.

Kebutuhan meningkat akan ayam ini seiring dengan banyaknya permintaan warga, yang menarik dari tradisi ini adalah hanya ada di kabupaten Lahat.

Momen usai lebaran ini menjadi waktu yang sering kali dimanfaatkan oleh warga untuk mengelar hajatan mereka, disisi lain musim mudik juga menjadi salah satu pertimbangan.

Di kecamatan Kota Agung sejak 2 hari pasca hari raya Idul Fitri sejumlah pedagang ayam jenis ini menuai penjualan yang cukup banyak.

Harga per ekornya berkisar antara 40.000 sampai 50.000 Rupiah, per hari ada 100 hingga 400 ekor ayam yang terjual. Ini belum termasuk ayam yang dibeli langsung oleh yang punya hajat.

Secara suplai, ayam – ayam ini masih di pasok dari Palembang dan Lampung, mengingat daerah ini menjadi sentra ayam petelur bagi kabupaten Lahat.

Dari pantau pewarta, disejumlah kios dan lapak pedang ayam, sejak pagi warga mulai ramai membeli ayam untul dibawa sebagai buah tangan.

“Stok kami datang sejak hari ke 2 lebaran, sebab stok sebelum lebaran sudah habis, jadi kami minta kepada bos (agen) agar ditambah lagi,” ungkap salah satu pedagang yang enggan disebutkan namanya, Senin (11/6).

Dipihak lain, warga mengatakan, habis lebaran memang ada kenaikam harga, tetapi karena hal ini merupakan kebutuhan, mau tak mau warga tetap harus membeli.

“Naik nian hargo ayam abis lebaran ini kang, cuman mak mano la jadi tradisi. Kalu dak mbawak ayam raso dak lemak nian,” ujar Arti warga Mulak Ulu yang akan mendatangi keluarga yang menggelar hajatan di sana.

Tradisi tentu menjadi sebuah simboisi mutualisme, ada permintaan tentu akan stok lebih. Semoga tradisi tak mengganggu perekonomian warga.

(Indi)