LAHAT, AKANKAH BERCAHAYA KEMBALI? (Catatan Mario Andramartik)

Jumat, 10-Mei-2019, 15:07


Lahat, lahatonline.com-Pada tahun 1869 Regeering Almanac yang diterbitkan di Belanda menyebutkan bahwa Pemerintah Hindia Belanda membagi Karesidenan Palembang menjadi 9 afdeling yaitu :
1. Afdeling Palembang
2. Afdeling Tebing Tinggi
3. Afdeling Lematang Ulu dan Lematang Ilir
4. Afdeling Komering Ulu, Ogan Ulu dan Enim
5. Afdeling Rawas
6. Afdeling Musi Ilir
7. Afdeling Ogan Ilir dan Belida
8. Afdeling Komering Ilir
9. Afdeling Iliran dan Banyuasin.

Dan pada tahun 1872 terjadi peristiwa regrouping dari 9 afdeling menjadi 7 afdeling lalu pada tahun 1878 di rubah menjadi 6 afdeling. Kemudian pada tahun1918 melalui staatblad nomor 612 afdeling menjadi 4 yaitu :
1. Afdeling Hofdspaats Palembang (Kota Palembang dan sekitarnya)
2. Afdeling Palembangsche Boevenlanden (Lahat dan sekitarnya)
3. Afdeling Komering Ulu dan Ogan Ilir
4. Afdeling Palembangsche Benedenlanden (Palembang Hilir).

Terjadi lagi perubahan pada tahun 1921 melalui staatblad nomor 465 dan pada tahun 1930 melalui staatblad nomor 352, Karesidenan Palembang di ubah menjadi 3 afdeling yaitu :
1. Afdeling Palembangsche Benedenlanden (Afdeling Palembang Dataran Rendah) dengan ibukota Palembang dan daerah Banyuasin, Ogan Ilir (Tanjung Raja), Komering Ilir (Kayu Agung), Musi Ilir dan daerah Kubu Sekayu di bawah seorang Asisten Residen berkedudukan di Kota Palembang.
2. Afdeling Palembangsche Boevenlanden (Afdeling Palembang Dataran Tinggi) dengan Ibukota Lahat membawahi enam Onder Afdeling yaitu Lematang Ulu (Lahat), Lematang Ilir (Muara Enim), Tanah Pasamah (Pagar Alam), Tebing Tinggi, Musi Ulu (Lubuk Linggau) dan Rawas (Suru Langun) di bawah seorang Asisten Residen berkedudukan di Kota Lahat.
3. Afdeling Ogan Komering Ulu dengan ibukota Baturaja membawahi tiga Onder Afdeling yaitu Ogan Ulu (Baturaja), Muara dua, dan Komering Ulu (Martapura) di bawah seorang Asisten Residen berkedudukan di Baturaja.

Maka sejak tahun 1930 Afdeling Palembangsche Boevenlanden (Afdeling Palembang Dataran Tinggi) dengan Ibukota Lahat membawahi yaitu :
1. Onder Afdeling Lematang Ulu yang saat ini menjadi Kabupaten Lahat
2. Onder Afdeling Lematang Ilir yang saat ini menjadi Kabupaten Muara Enim, Kabupaten PALI dan Kota Prabumulih,
3. Onder Afdeling Tanah Pasemah yang saat ini menjadi Kota Pagar Alam.
4. Onder Afdeling Tebing Tinggi yang saat ini menjadi Kabupaten Empat Lawang
5. Onder Afdeling Musi Ulu yang saat ini menjadi Kota Lubuk Linggau dan Kabupaten Musi Rawas
6. Onder Afdeling Rawas yang saat ini menjadi Kabupaten Musi Rawas Utara dan Kabupaten Sarolangun

Kota Lahat sejak tahun 1930 hingga awal masa kemerdekaan sampai dengan dekade tahun 1990an merupakan pusat pemerintahan, militer, ekonomi dan kota terbesar bagi 6 onder afdeling yang saat ini menjadi 10 kabupaten/kota. Kala itu Kota Lahat masih menjadi Kota Pelajar karena para pelajar dari semua kabupaten tetangga sekolah di Kota Lahat, masih menjadi pusat perekonomian karena semua kabupaten tetangga pergi ke Kota Lahat untuk kebutuhan ekonomi. Akan tetapi secara berangsur Kota Lahat sebagai kota pelajar sirna dan kabupaten/kota tetangga berkembang dengan pesatnya.

Sesuai dengan perkembangan jaman daerah-daerah kekuasaan di bawah Kabupaten Lahat berdiri memisahkan diri seperti pada tanggal 20 April 1943 berdiri Kabupaten Musi Rawas lalu pada tanggal 20 Nopember 1946 berdiri Kabupaten LIOT yang kemudian berganti nama menjadi Kabupaten Muara Enim.

Pada tanggal 10 Oktober 1999 berdiri Kabupaten Sarolangun kemudian pada tanggal 21 Juni 2001 berdiri Kota Pagar alam dan 5 bulan kemudian pada tanggal 17 Oktober 2001 berdiri Kota Prabumulih dan Kota Lubuk Linggau. Kota Prabumulih merupakan pemekaran dari Kabupaten Muara Enim dan Kota Lubuk Linggau yang sebelumnya merupakan ibukota Kabupaten Musi Rawas sejak tahun 1943.
Pada tanggal 20 April 2007 Kabupaten Empat Lawang berdiri dari hasil pemekaran Kabupaten Lahat. Tahun 2013 tepatnya 11 Januari berdiri Kabupaten PALI hasil pemekaran Kabupaten Muara Enim dan pada tanggal 10 Juli 2013 berdiri kabupaten ke-17 di Sumatera Selatan, Kabupaten Musi Rawas Utara dari pemekaran Kabupaten Musi Rawas.

Satu demi satu wilayah Kabupaten Lahat memisahkan diri dan berkembang maju dengan pesat sebut saja Kota Lubuk Linggau yang saat ini menjadi kota terbesar ke-2 se Sumatera Selatan. Padahal kota ini baru terbentuk pada tahun 1933 karena menjadi ibukota Onder Afdeling Musi Ulu setelah selesainya pembangunan jalur kereta api Kertapati – Lubuk Linggau. Lalu Kota Prabumulih yang saat ini menjadi kota terbesar ke-3 se Sumatera Selatan yang baru berdiri tahun 2001. Kedua kota ini baru berumur 18 tahun tetapi kemajuan kotanya meninggalkan saudara tertuanya Lahat.

Kabupaten Lahat yang merupakan kabupaten induk dari 10 kabupaten/kota saat ini telah tertinggal jauh dalam beberapa sektor pembangunan dengan kabupaten/kota yang sebelumnya di bawah kekuasaan Kabupaten Lahat. Seperti pada sektor ekonomi di lihat dari PAD Kabupaten Lahat belum menunjukkan sebagai kabupaten tertua dengan PAD tertinggi malah masih tertinggal dengan saudara mudanya Kabupaten Muara Enim dimana tahun 2018 Kabupaten Muara Enim dengan PAD sebesar 2,4 triliun dan Kabupaten Lahat hanya sebesar 1,8 triliun lebih sedikit di atas PALI sebesar 1,5 triliun dan Musi Rawas sebesar 1,6 triliun.

Di lihat dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia) tahun 2018 Kabupaten Lahat sebesar 66,99% menempati urutan ke-8 dari 17 Kabupaten/kota se Sumatera Selatan masih di bawah Kabupaten Muara Enim di urutan ke-5 sebesar 68,28%, di urutan ke-6 Pagar Alam sebesar 67,62% sedang Kota Lubuk Linggau di urutan ke-3 sebesar 74.09% dan Kota Prabumulih sebesar 77.04% di urutan ke-2.

Untuk persentase penduduk miskin di Sumatera Selatan tahun 2018 update Maret 2019 Kabupaten Lahat menduduki peringkat ke-3 kabupaten/kota termiskin se Sumatera Selatan dengan persentase 16,15% tidak lebih baik dari kabupaten/kota tetangga dan sekaligus saudara mudanya. Muara Enim dengan persentase 12,56% urutan ke-8 dan Empat Lawang 12,25% urutan ke-7 sedang Pagar Alam menjadi jawara tingkat kemiskinan terendah se Sumatera Selatan dengan persentase 8,77%.

Di sektor pariwisata Kabupaten Lahat memiliki potensi terbanyak dan terkaya se Sumatera Selatan sebut saja Kabupaten Lahat sebagai pemilik air terjun terbanyak se Indonesia (143 air terjun), pemilik situs megalitik terbanyak se Indonesia (rekor MURI tahun 2012), pemilik megalitik terbaik se Indonesia (buku Lonely Planet terbit di Inggris), terowongan terpanjang ke-10 se Indonesia, bangunan heritage, sungai untuk rafting, rumah adat, pusat latihan gajah (1 dari 7 pusat latihan gajah se Indonesia) bahkan Kabupaten Lahat pemilik bukit terunik di dunia, Bukit Serelo atau Bukit Jempol. Tetapi semua potensi tersebut belum mampu membawa kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat dan pemerintah Kabupaten Lahat. Potensi yang melimpah belum dikelola secara serius dan profesional dan belum adanya komitmen pemerintah daerah untuk membangun dan menjadikan potensi tersebut menjadi destinasi unggulan.

Pada sektor perkebunan kopi walaupun Kabupaten Lahat merupakan salah satu kabupaten yang memiliki lahan perkebunan kopi terluas se Sumatera Selatan akan tetapi brand kopi Lahat masih kalah dengan kopi Lampung dan kopi Sumatera Selatan lainnya. Kopi Semendo dari Muara Enim dan kopi Empat Lawang lebih dikenal saat ini karena kedua kopi tersebut telah mendapat IG ( Indikasi Geografis) yang dikeluarkan oleh Dirjen Kekayaan Intelektual KemenkumHam RI dan memiliki kekuatan hukum. Indikasi Geografis ini akan melindungi petani kopi agar mereka dapat menikmati keuntungan maksimal dari kopi yang mereka hasilkan.

Kota Lahat sebagai ibukota Kabupaten Lahat tidak menunjukkan suatu perkembangan yang signifikan. Jalan-jalan kota tidak mengalami perubahan atau penambahan sedangkan jumlah kendaraan setiap harinya bertambah bahkan sejak awal Kota Lahat berdiri kendaraan jenis truk dan bis dengan ukuran terbesar sekalipun masih harus melewati pusat Kota Lahat karena belum adanya jalan lingkar luar kota. Gerbang kota dari 3 penjuru masuk Kota Lahat tidak menunjukkan perubahan berarti, semestinya ke-3 gerbang masuk kota di bangun semegah dan seindah mungkin dan menjadi suatu indikator perkembangan suatu kota. Jalan-jalan dalam kota masih sempit, jalan-jalan ini masih hasil buatan jaman Belanda. Belum ada upaya pelebaran dan pembuatan jalan baru. Trotoar kota yang tak nyaman untuk pejalan kaki, pasar-pasar yang kumuh dan tak terurus, drainase yang sempit dan mampet, parkir kota yang semrawut dan membuat macet.

Kapan Kota Lahat dan Kabupaten Lahat akan menjadi pusat perekonomian, pendidikan, pemerintahan dan kota terbesar seperti awal berdirinya dahulu???? Ini akan menjadi pekerjaan rumah yang sangat besar untuk pemimpin Lahat yang sedang memimpin Lahat saat ini. Akankah Lahat Bercahaya dan bersinar seperti sediakala? Semoga di momen hari jadi Kabupaten Lahat ke-150 tahun 2019 akan menjadi awal kebangkitan Kabupaten Lahat yang maju berkembang, adil dan makmur untuk semua.

(Mario Andramartik)

donasi relawan lahatonline.com
Bagikan ke :
Share on Facebook Share on Google+ Tweet about this on Twitter Email this to someone Share on Whatsapp

BERITA TERKINI

LAHAT DALAM POTRET

LAHAT
MERAPI TIMUR - MERAPI BARAT - MERAPI SELATAN
PULAU PINANG - GUMAY ULU - GUMAY TALANG - LAHAT SELATAN
KOTA AGUNG - MULAK ULU - MULAK SEBINGKAI - PAGAR GUNUNG - TANJUNG TEBAT

LAHAT - Rabu, 27-Maret-2024 - 17:54

Guru Penggerak Terus Bertambah 

selengkapnya..

TANJUNG SAKTI PUMU - TANJUNG SAKTI PUMI

Nak Keruan Gale

Seni Budaya

Wisata

Almamater