Sejarah Masuknya Islam & Syari’at Nabi Muhammad di Wilayah Lahat (Bagian ke-2)

Oleh : Teratai 12 / Pengurus KAJAH (Komunitas Pencinta Sejarah)

Minggu, 28-Juni-2020, 17:13


Melanjutkan catatan sebelumnya, bahwa di wilayah Lahat sekarang, yang pada zaman dahulunya, adalah sebuah wilayah yang mayoritas pemimpin serta penduduknya memiliki keyakinan akan Tuhan yang Satu (Tauhid). Dengan ajarannya secara garis besar perihal Dharma dan Kharma ( Akhlak Budi pekerti dan Sebab akibat ) yang terimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat pada zaman itu.
Khususnya di wilayah SumBagSel kita sebut, ada sebuah klan bernama Gumay, yang pada zaman itu sudah memiliki keyakinan yang tinggi karena sang tokoh yg disebut dengan Diwe Gumay ini adalah seorang yang sudah mencapai Makom Ma’rifat yang tinggi.

Pada Zaman itu , tempat yang di diami oleh masyarakat Gumay di sebut juga dengan Alam Melayu, dimana berdampingan dengan Klan Semidang. Adapun yang termasuk dalam Alam Melayu yang di diami oleh klan Gumay dan Klan Semidang adalah (Lampung, Palembang, Bengkulu, Jambi). Sesuai dengan masanya, perkembangan masyarakat Gumay dan Semidang mulai mendiami daerah-daerah sepanjang BUKIT BARISAN yang di sebut kemudian dgn Tanah Melayu ( Sumatera ) skrg. Anak keturunan dari yang di sebut Diwe Gumay mendiami alam melayu dan tanah Melayu, serta menjadi satu dengan anak keturunan Semidang karena melalui hubungan pernikahan antar anak cucu keturunan masing-masing.

Gumay dan Semidang tidak terpisahkan, sebagaimana anak cucu keturunan masing-masing mendominasi daerah yang sekarang disebut dgn daerah Lahat, Enim, Ogan, Prabumulih, Pagar Alam, Kikim, Tebingtinggi , Lintang, dan beberapa anak cucu keturunan keduanya juga menempati beberapa daerah bagian Bengkulu seperti padang guci mana’, Kinal, kaur, seraway, dan sebagainya. Serta juga menempati beberapa daerah di Jambi , Minang dan sebagian kecil Lampung yang berbatasan dengan Ogan dan Komering.

Ada dua kalimat diatas yang membuat kami KAJAH tertarik menelusuri lebih jauh, yaitu perihal Kata ” Melayu ” karena : Alam Melayu, Tanah Melayu, kerajaan Melayu, yang terangkum dalam Adat dan budaya Melayu, yang memiliki arti dan makna luas,
penggunaan kata Melayu, telah dikenal sekitar tahun 100-150 M seperti yang tersebut dalam buku Geographike Sintaxis karya Ptolemy yang menyebutkan maleu-kolon dan
Prabu Raksa Bumi Kusuma dalam kitab Hindu Purana pada zaman Gautama Buddha terdapat istilah Malaya Dvipa yang bermaksud tanah yang dikelilingi air.

Dengan kata lain, kebudayaan atau budaya Melayu yang melatarbelakangi ikatan warga masyarakat yang berlandaskan kenyataan sejarah sejak dahulu kala, tidaklah merupakan suatu ikatan sempit yang berdasarkan darah keturunan (genealogis) ansich tetapi lebih pada suatu ikatan kultural (cultural bondage).

Dengan demikian kata “Melayu” merujuk pada setiap masyarakat keturunan melayu, baik proto melayu, deutro melayu atau ras austronesia lainnya, penutur bahasa Melayu (tepatnya melayu polinesia) dan/atau mengamalkan adat resam budaya Melayu. Tradisi atau adat resam Melayu yang dijalankan/diberlakukan tersebut merupakan kepribadian orang Melayu yang dibentuk oleh adat istiadat Melayu yang terimplementasikan dalam CARA BERPIKIR, BERSIKAP dan BERTINGKAH LAKU.

Wilayah Lahat seputaran identik dengan “Melayu” , itu sebabnya kami KAJAH merunut satu persatu perjalanan panjang sejarah kita agar tidak tumpang tindih dan mempunyai banyak versi yang akan berujung kepada eksistensi masing-masing, dengan isu-isu kesukuan yang mengakibatkan Sebuah Perpecahan.

Pada Zaman itu berdirilah sebuah pemerintahan di wilayah Alam dan tanah Melayu, yang di sebut Keratuan/ kerajaan Melayu, dengan posisi lokasi berada di poros wilayah kawasan sungai yang pada waktu itu di sebut Sungai Melayu. Dalam perkembangannya, Keratuan/kerajaan Melayu ini juga yang merupakan cikal-bakal berdirinya sebuah Empirium yang bernama Sriwijaya.

Sudah tentu ada beberapa tokoh baik dari klan Gumay dan Semidang yang terlibat langsung dalam pendirian Empirium Sriwijaya ini. Awal Kerajaan atau Keratuan Melayu didirikan oleh seorang Pemimpin Besar Dunia pada zamannya yang Bergelar Sang Hyang Bhatara Surya atau Dewangga Sura Liman Gautama Sakti yang dikenal juga sebagai Penguasa Root Cosmologi, yang menikahi seorang putri dari penguasa lokal Alam Melayu yang bernama Ratu Dewi Mutia Sari. Dari hasil pernikahan nya ini mempunyai seorang putri bernama Ratu Khandyawati / Khaniya. Seiring berjalan nya wktu, Sang Bhatara surya juga menikah lagi dengan Ratu dari daerah Khayangan Tanah Melayu dan memiliki anak lagi yang akhir nya nanti dari keturunan sang anak inilah yang menikah dengan Ratu Soba Kancana yg sangat Cantik Jelita, Puteri dari Pangeran Lingga Kusuma Yudha Sang Lingga Warman Raja Kuningan.

Sang anak laki-laki tersebut setelah menikah dgn Soba Kencana, bergelar Sri Haji Depuhyantang Sri Jayanase, dan Raja Sri Jayanase serta Ratu Soba Kancana sebagai PENGUASA dari KERATUAN MELAYU di ALAM MELAYU dan di TANAH MELAYU, yang disebut TRI KUNTA NI LAYA dan orang pendatang luar menyebut nya dengan SRIWIJAYA.

Wilayah yang di sebut sekarang Lahat ini termasuk dalam Keratuan/Kedatuan Sriwijaya, ( seperti penjelasan kami sebelumnya atas penghuni awal di wilayah Lahat ), yang memiliki Keyakinan Tauhid, sehingga otomatis ajaran yang dianut oleh kedatuan Sriwijaya tersebut adalah Ajaran Tauhid.

Sriwijaya dalam masanya sebagai pusat Ajaran, pusat Ilmu seluruh dunia, sehingga begitu banyaknya orang yang berdatangan ke Sriwijaya untuk belajar ajaran Tauhid, dan belajar berbagai macam ilmu lain ; baik ilmu Falaq, ilmu pengobatan dan ilmu-ilmu lainnya.

Pada masa pemerintahan Srijayanase di Sriwijaya, sudah banyak didatangi oleh para sahabat nabi Muhammad SAW, atau masa kekhalifahan Generasi Terbaik (Khulafaur Rasyidin).

Allah Subhanahu Wa Ta’ala menegaskan tentang wilayah dakwah Nabi Muhammad ﷺ :

وَماَ أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ –

? “Dan Kami (Allah) tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam”. (Qs. AL-Anbiya:107)

Ali bin Abi Thalib, pernah datang dan berdakwah di Garut, Cirebon, Jawa Barat (Tanah Sunda), Indonesia, tahun 625 M. ( Pernah bertempur dengan pangeran penguasa wilayah tanah Sunda).

Ja’far bin Abi Thalib, berdakwah di Jepara, Kerajaan Kalingga, Jawa Dwipa ( bertemu dengan anak sang penguasa Kalingga yg ikut berangkat untuk membantu berbagai peperangan di Madinah , dan berjuluk Abu Muslim disaat menjadi pemimpin di dalam salah satu perang yg terjadi disana ).

Ubay bin Ka’ab, berdakwah di Sumatera Barat, Indonesia, kemudian kembali ke Madinah.

Abdullah Ibnu Mas’ud, berdakwah di Aceh Darussalam dan kembali lagi ke Madinah.

‘Abdurrahman bin Mu’adz bin Jabal, dan putera-puteranya Mahmud dan Isma’il, berdakwah dan wafat dimakamkan di Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara sekitar tahun 625 M.

Akasyah bin Muhsin Al-Usdi, berdakwah di Melayu Sumatera Selatan dan sebelum Rasulullah Wafat, beliau kembali lagi ke Madinah sekitar tahun 623 M.

Salman Al-Farisi, berdakwah Ke Perlak, Aceh Timur dan Kembali Ke Madinah sekitar tahun 626 M.

Dan seterusnya, yang mungkin masih banyak lagi para sahabat nabi yg datang namun tidak terdata. Berdasarkan analisa dari beberapa data catatan-catatan yg ada perihal Awal masuknya Ajaran Islam yg di bawa Nabi Muhammad SAW ke Nusantara, kami KAJAH mempunyai analisis sendiri, yaitu seperti yg kita ketahui sebelumnya di pelajari di sekolah bahwa Islam datang melalui pedagang Gujarat India. Padahal bukan seperti Itu, ini adalah TEORI ORIENTALIS.

Ini cara para orientalis, yang disebarkan oleh orientalis terkemuka Belanda, yang pertama kali bernama “J. Pijnapel” lalu “Snouck Hurgronje” yang notebene “ingin menghancurkan Islam” untuk menutupi sejarah bahwa Nusantara adalah bagian pada kekhilafahan Utsman bin Affan.

Yang jadi pertanyaan, mengapa beberapa sahabat, diantara sahabat yang datang ke Nusantara untuk membawa ajaran Islam yang di bawa Nabi Muhammad SAW hanya sebentar saja di Nusantara ? Jawaban nya sudah jelas, salah satunya adalah ternyata pemimpin dan rakyatnya mayoritas sudah memiliki keyakinan Tauhid, sehingga para sahabat kembali untuk melaporkan kepada Nabi Muhammad SAW bahwa di wilayah sebelah timur atau Nusantara ini sudah Islam tapi masih menggunakan Syari’at yang lama ( Masih menggunakan Syari’at nabi-nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad SAW).

Bersambung

donasi relawan lahatonline.com
Bagikan ke :
Share on Facebook Share on Google+ Tweet about this on Twitter Email this to someone Share on Whatsapp

BERITA TERKINI

LAHAT DALAM POTRET

LAHAT
MERAPI TIMUR - MERAPI BARAT - MERAPI SELATAN

LAHAT - Rabu, 27-Maret-2024 - 17:54

Guru Penggerak Terus Bertambah 

selengkapnya..

PULAU PINANG - GUMAY ULU - GUMAY TALANG - LAHAT SELATAN
KOTA AGUNG - MULAK ULU - MULAK SEBINGKAI - PAGAR GUNUNG - TANJUNG TEBAT
TANJUNG SAKTI PUMU - TANJUNG SAKTI PUMI

Nak Keruan Gale

Seni Budaya

Wisata

Almamater