INI KATA SUTIONO MAHDI, MENGAPA ADA LOKAKARYA NASIONAL BAHASA SEGANTI SETUNGGUAN ?

Senin, 3-Februari-2020, 12:27


BANDUNG – Menjelang 19 hari kedepan, tepatnya pada hari Sabtu, tanggal 22 Febuari 2020, di Kota Pagaralam akan digelar Lokakarya Nasional
PENYELAMATAN, PELESTARIAN,
DAN PENGEMBANGAN BAHASA SEGANTI SETUNGGUAN

Dengan Nara Sumber :

1. Komjen (Pur) Drs. Susno Duadji, M.H., M.Sc.
materi : Budaya Besemah Dulu dan Kini)

2. Drs. Djazuli Kuris, M.M.
materi : Muatan Lokal Base Besemah di Sekolah

3. Dr. Suhardi Mukmin, M.Hum. (Universitas Sriwijaya)
materi : Guritan sebagai Jati Diri Jeme Besemah

4. Dr. Sutiono Mahdi, M.Hum. (Universitas Padjadjaran)
materi : Pelestarian dan Pengembangan
Base Seganti Setungguan

Di temui di Kampus Universitas Padjajaran, Pada LahatOnline.com dan SriwijayaOnline.com, Senin (3/2/20) Dr. Sutiono Mahdi, M.Hum, Dosen Universitas Padjajaran yang juga sekaligus Ketua Panitia Lokakarya ini, menjelaskan Latar Belakang, mengapa Lokakarya ini jarus segera dilaksanakan, ini katanya :

A. LATAR BELAKANG (UMUM)

Menurut UNESCO, banyak bahasa di dunia ini hampir punah dan pa¬da tahun 2100 yang akan datang, antara 50% – 90% bahasa di dunia itu akan punah. Bahasa terbanyak yang terancam punah berada di India, Amerika Serikat, dan Indonesia. Di Indonesia terdapat 147 bahasa yang terancam punah, yang salah satunya sangat terancam kepunahannya adalah bahasa Lengilu di Kalimantan Timur Laut, dengan pembicara yang hanya mencapai empat orang. Kebanyakan bahasa yang terancam punah itu berada di wilayah Indonesia Timur.

Multamia RMT Lauder dari Departemen Linguistik Fakultas Ilmu Penge-tahuan Budaya Universitas Indonesia mengatakan bahwa dari 742 bahasa daerah di Indonesia, hanya 13 bahasa yang penuturnya di atas satu juta orang. Artinya, terdapat 729 bahasa daerah lainnya yang berpenutur di bawah satu juta orang. Di antara 729 bahasa daerah, 169 di antaranya terancam punah, karena berpenutur kurang dari 500 orang (dI lansir dari Kompas.com, 11/8/2010).

Bahasa-bahasa daerah yang tercancam punah itu tersebar di wilayah Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, dan Papua. Bahasa daerah yang terancam punah di Sumatera antara lain bahasa Lom dengan hanya 50 penutur; di Sulawesi bahasa Budong-Budong 70 penutur, Dampal 90 penutur, Bahonsuai 200 penutur, Baras 250 penutur; di Kalimantan bahasa Punan Merah 137 penutur, Kareho Uheng 200 penutur; di wilayah Maluku bahasa Hukumina 1 penutur, Kayeli 3 penutur, Nakaela 5 penutur, Hoti 10 penutur, Hulung 10 penutur, Kamarian 10 penutur, dan bahasa Salas 50 penutur; dan di Papua bahasa Mapia 1 penutur, Tandia 2 penutur, Bonerif 4 penutur, dan bahasa Saponi 10 penutur.

Lebih jauh Multamia mengatakan bahwa bahasa yang dapat dikategorikan sebagai bahasa yang berpenutur sedikit namun masih mempunyai potensi untuk hidup adalah bahasa-bahasa yang sekurang-kurangnya memiliki 1.000 orang penutur. Oleh karena itu, bahasa-bahasa yang jumlah penuturnya 500 orang atau kurang dapat dikategorikan sebagai bahasa yang memasuki ambang proses kepunahan atau berpotensi terancam punah.

B. LATAR BELAKANG (KHUSUS)

Di Sumatra Selatan terdapat banyak bahasa daerah, di antaranya adalah Bahasa Bangka, Bahasa Besemah, Bahasa Komering, Bahasa Lampung, Bahasa Lintang, Bahasa Ogan, Bahasa Palembang, Bahasa Ranau, Bahasa Rejang, Bahasa Saling. Bahasa-bahasa ini masih digunakan sebagai bahasa sehari-hari hingga saat ini sekalipun jumlah penutur atau pembicaranya terus berkurang secara drastis.

Bila melihat parameter penutur 500 orang atau kurang, bahasa Seganti Setungguan, yaitu bahasa yang digunakan oleh masyarakat di sekitar Bukit Barisan, yaitu di Kabupaten Lahat, Kota Pagar Alam, Empat Lawang, Muara Enim, Komering Selatan Komering Ulu Selatan, Bengkulu Selatan, Kaur Bengkulu Selatan, dan Kabuputen Kalianda dan Way Kanan Lampung Selatan tidak termasuk ke dalam kategori bahasa yang terancam punah karena penuturnya lebih dari 1.000 orang, akan tetapi melihat fenomena yang terjadi di kota Pagar Alam dan Lahat, tidak sedikit orang yang mengkhawatirkan bahasa-bahasa itu akan segera punah, terutama disebabkan oleh DOMINASI PEMAKAIAN BAHASA PALEMBANG.

Misalnya, (Mahdi, Sutiono, 2015) Bahasa Seganti Setungguan di Kota Pagar Alam dan Kota Lahat pada generasi anak-anak dan remaja saat ini sudah punah dan diperkirakan dalam kurun waktu 25 tahun mendatang, yaitu setelah generasi dewasa dan tua meninggal dunia, bahasa Seganti Setungguan di kedua kota itu benar-benar sudah punah.

Ini artinya, apabila bahasa itu punahnya, maka hilanglah jati diri jeme Seganti Setungguan,  karena bahasa merupakan ciri-ciri bangsa. Kita bisa mengenali sesorang dari bahasa mereka gunakan.
Sementara itu, sekalipun masyarakat dapat menggunakan bahasa daerah dengan baik, (1) banyak sekali kosa kata yang tidak difahami oleh masyarakat, terutama oleh generasi mudanya; (2) belum ada ketetapan resmi tentang sistem tulis-menulis bahasa daerah itu, sehingga cukup beralasan beberapa kalangan sangat mengkhawatirkan bahwa bahasa Seganti Setungguan sudah di ambang kepunahan.

Masyarakat kite di perantauan merasa gerah, gelisah, khawatir menyaksikan hal yang demikian, sehingga mereka mengadakan berbagai upaya untuk menyelamatkan kepunahan bahasa itu, dan salah satunya adalah mengadakan lokakarya ini.

Dari lokakrya ini, diharapkan pemerintah-pemerintah daerah dan lembaga-lembaga terkait dan peduli pada bahasa dan budaya daerah akan mengambil kebijakan guna menyelamatkan, melestarikan, dan mengembangkan bahasa dan budaya itu melalui pendidikan formal di perguruan tinggi.

Kami sebagai orang yang berkecimpung dalam ilmu bahasa (linguistik) secara mandiri sudah telah mengantisipasi gejala itu dan telah pula memetakan beberapa pokok pemikiran untuk membantu pemerintah daerah dalam usaha menyelamatkan, melestarikan, dan mengembangkan bahasa-bahasa dan budaya-budaya daerah di Sumatra Selatan.

Hal pertama yang sudah kami lakukan adalah mendokumentasikan bahasa itu dalam buku-buku:

1. Bahasa Besemah (2011)
2. Bahasa Besemah 2 (2012)
3. CETE, Pengajaghan Base nga Sastra Besemah untuk SD (2012)
4. PACAK, Pengajaghan Base nga Sastra Besemah untuk SMP (2012)
5. KINTAR, Pengajaghan Base nga Sastra Besemah untuk SMA (2012)
6. Aksara Base Besemah (2014)
7. Kamus Bahasa Besemah-Indonesia-Inggris (2014)
8. Kamus Seganti Setungguan: Melayu-Indonesia-Inggris (2016)
9. Pesan Puyang Di Kale (2017)
10. Pantun Seganti Setungguan (2017, 2020)

Sutiono Mahdi menghimbau, Bagi masyarakat, mahasiswa, Pelajar dan akademisi yang mengikuti, untuk mendaftar kepesertaannya kepada :

• Arni Wijaya, S.Pd., M.Pd. (PGR ALAM)
WA : 0823-7390-7779

• Nurliza Septina, S.Sos. (LAHAT DLL.)
WA: 0811-7312-535

Lokarya ini diselenggarakan pada :
Hari : Sabtu
Tanggal : 22 Febuari 2020
Jam : 08.00  – 15.00 wib
bertempat di Balaikota Pemko Pagaralam

Lokakarua ini Gratis dan mendapatkan sertifikat, berkat KERJA SAMA :
Jurai Besemah Palembang (JBP)
Ikatan Keluarga Seganti Setungguan (IKSS) Jakarta
Perkumpulan Keluarge Besaq Jeme Kite (PKBJK) Bandung
STKIP Muhammadiyah Pagaralam

(AKUN)

donasi relawan lahatonline.com
Bagikan ke :
Share on Facebook Share on Google+ Tweet about this on Twitter Email this to someone Share on Whatsapp

BERITA TERKINI

LAHAT DALAM POTRET

LAHAT
MERAPI TIMUR - MERAPI BARAT - MERAPI SELATAN

LAHAT - Rabu, 27-Maret-2024 - 17:54

Guru Penggerak Terus Bertambah 

selengkapnya..

PULAU PINANG - GUMAY ULU - GUMAY TALANG - LAHAT SELATAN
KOTA AGUNG - MULAK ULU - MULAK SEBINGKAI - PAGAR GUNUNG - TANJUNG TEBAT
TANJUNG SAKTI PUMU - TANJUNG SAKTI PUMI

Nak Keruan Gale

Seni Budaya

Wisata

Almamater