Sebuah Catatan dari Desa Muara Maung

Minggu, 4-Agustus-2019, 23:44


Muara Maung – Perkenalkan saya Rusdi (28 tahun). Saya dilahirkan di sebuah desa yang tidak jauh dari perbukitan, tepatnya di Desa Muara Maung, Kecamatam Merapi Barat, kabupaten Lahat, Provinsi Sumetera-Selatan.

Dahulu, desa kami amatlah sejuk dan nyaman, hutan yang rindang, sungai yang indah mengalir deras dan bersih, begitu pun udara yang kami hirup.

Dari sisi air sungai, dulu nelayan di desa kami, semalaman bisa menangkap ikan 4-5 kg dan dulu ada tradisi ikan mudik. Hal ini menambah pendapatan warga desa kami selain dari bertani.

Dari sisi pertanian pun begitu, hasil pertanian melimpah, sawah, kebun balam (karet), durian, tanaman palawija yang menghiasi desa, menjadi sumber utama mata pencaharian warga.

Namun, semua itu tinggal kenangan!

Sungai yang dulu banyak ikan sekarang menjadi berkurang. Nelayan pun sudah beralih profesi karna hasil menjala dan menjaring sudah tidak memadai lagi. Terjadinya pendangkalan sungai menjadi penyebab berkurangnya ikan di sungai dan ada beberapa anak sungai mengecil hingga berlumpur.

Hutan yang dulu hijau kini sudah gundul menjadi lubang-lubang tambang. Sungai yang dulu bersih kini sudah tercemar limbah dari pertambangan dan PLTU batu bara. Udara yang bersih sekarang berganti dengan debu batu bara dan abu hasil pembakaran batu bara di PLTU.

Begitupun hasil pertanian, kebun sudah menjadi tambang, adapun kebun-kebun yang tersisa kini sudah tak subur lagi. Tanah menjadi tandus, acapkali gagal panen. Biasanya sekali panen dapat padi 25 karung. Seiring berjalannya waktu, sejak tambang dan PLTU beroperasi menurun menjadi 8 karung dan akhir-akhir ini hanya panen 2 karung.

Debu batu bara dan abu hasil pembakaran batu bara yang terbang bebas di udara masuk ke rumah warga. Cat rumah sudah tak secerah dulu (kupe). Walaupun dulu rumah terbuat dari papan/kayu. Warna rumah kelam berselimut butiran hitam (batu bara). Lantai rumah, dulu cukup satu kali sehari nyapu rumah, tapi sekarang harus 3-4 kali itupun masih kotor.

Kalau pintu depan selalu tertutup rapat, teras rumah sudah berpindah ke belakang, anak-anak sudah tak bisa bermain bebas di luar rumah seperti saya kecil dulu. Tidak hanya itu, butiran-butiran debu dan abu yang berukuran sangat kecil sampai tak terlihat oleh mata masuk ke dalam tubuh saat kita bernafas dan menyebabkan gangguan pernafasan (ISPA), sekitar 70% masyarakat mengidap ISPA karena setiap hari menghirup udara kotor. Bukan saja penyakit ISPA yang melanda warga desa, penyakit kulit seperti gatal-gatal juga dialami karena aktivitas mandi dan mencuci di sungai Lematang yang sudah tercemar logam berat seperti mercuri.

Mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat adalah hak setiap orang.

(Bersambung)

Muara Maung, 4 Agustus 2019

Penulis: Rusdi

donasi relawan lahatonline.com
Bagikan ke :
Share on Facebook Share on Google+ Tweet about this on Twitter Email this to someone Share on Whatsapp

BERITA TERKINI

LAHAT DALAM POTRET

LAHAT
MERAPI TIMUR - MERAPI BARAT - MERAPI SELATAN
PULAU PINANG - GUMAY ULU - GUMAY TALANG - LAHAT SELATAN
KOTA AGUNG - MULAK ULU - MULAK SEBINGKAI - PAGAR GUNUNG - TANJUNG TEBAT

LAHAT - Selasa, 16-April-2024 - 18:21

Polres Lahat Gelar Halal Bihalal

selengkapnya..

TANJUNG SAKTI PUMU - TANJUNG SAKTI PUMI

MULAK ULU - Minggu, 14-April-2024 - 09:00

PENOMENA MISTIS TEBAT BESAK LAWANG AGUNG

selengkapnya..

Nak Keruan Gale

Seni Budaya

Wisata

Almamater