PENGRAJIN SUKAMERINDU, OMSET BATU BATA MENURUN

Minggu, 21-Juli-2019, 18:03


LAHATONLINE,Sukamerindu – Sejumlah pengrajin batu bata di Desa Sukamerindu Kecamatan Kikim Barat Kabupaten Lahat, mengaku kehilangan omset. Ribuan bata yang mereka produksi setiap hari terpaksa menumpuk. Pasalnya, Musim Kemarau Saat Ini tidak ada konsumen yang melirik produksi bata merah buatan mereka.

Mulyadipemilik produksi percetakan bata merah di Kikim Barat  yang sempat di bincangi Minggu,(21/7). Mengaku, dia terpaksa tutup lapak untuk sementara karena sepinya konsumen. Setelah para pengrajin bata merah mulai kehilangan pasar bahkan harga bata merah turun tajam.

“Sekarang usaha bata merah sedang sepi sepinya, rata-rata banyak yang tutup dulu karena tidak ada konsumen yang pesan. Sekarang lagi musim orang kawin, jadi jarang ada warga yang bangun rumah dan memesan bata,” keluhnya. Dia mengatakan sudah sempat menurunkan harga jual batu bata merah buatannya, namun tetap saja tidak ada perubahan dari tingkat pemesanan.

“Tadinya harga bata kita sempat tembus sampai Rp400/unit, tapi sekarang turun menjadi Rp230/unit. Kita kalah saing dengan ukuran bata besar, padahal harga sudah kita turunkan setengah harga, tapi sampai sekarang tetap sepi peminat,” pangkasnya

Dia mengatakan, akan kembali memulai usaha produksi cetak bata merah lagi Agustus mendatang. Karena tidak menutup kemungkinan adanya peningkatan pesanan bata merah, setelah perayaan hari raya Idul Adha.”Kalau sekarang kita tutup dulu sementara. Batanya di simpan dan di pindahkan ke tempat kering, supaya aman dan bisa dijual lagi,” katanya.

Terpisah, Rusdi salah satu buruh pengrajin batu bata merah mengaku, dengan sepinya tingkat konsumen dan pasaran bata merah di wilayah Kikim Barat Tentunya akan berimbas secara langsung terhadap perekonomian rakyat seperti dirinya.

Rata-rata yang menjadi buruh cetak bata merah di Desa Sukamerindu merupakan kaum hawa. Mereka bekerja sebagai buruh angkut, untuk mendapatkan uang jasa sebagai tambahan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Dalam satu hari mereka bisa memproduksi sekitar15 ribu batu bata dengan upah harian Rp40-45 ribu/orang. Adanya penurunan omset percetakan batu bata, tentunya akan mengurangi penghasilan mereka.

“Sekarang ekonomi sedang sakit, jual karet karet murah, jual sawit sawit murah, jual padi padi murah. Tambahan kami cuma jadi buruh cetak bata, tapi sekarang sudah mulai goyah juga,” unjarnya Dengan sepinya pasaran bata merah, mereka mengaku hanya bisa pasrah dan berharap ada kepastian perbaikan ekonomi ditingkat lokal.

Susanti mengatakan, adanya peningkatan harga komoditas unggulan seperti sawit, karet atau padi sawah. Tentunya dapat meningkatkan daya beli masyarakat, khususnya di wilayah kikim area yang mayoritas petani. “Harga bata saja sekarang ikut naik turun, karena di pengaruh komoditas perkebunan dan sawah. Di wilayah kita ini, kalau harga karet atau padi naik seperti Ramadan tadi, banyak yang pesan bata merah, tapi setelah semua harga turun yang beli bata ikut turun juga,”akunya.

Pihaknya berharap, Pemerintah bisa memberikan terobosan dan solusi kenaikan komoditas lokal seperti karet, sawit dan padi sawah. “Kalau penghasilan utama kita naik, insya allah daya beli masyarakat juga ikut naik. Masyarakat ingin harga karet, sawit dan padi jangan di beli murah. Tolong sampaikan keluhan kami ke Pemerintah, (Ar3Lo).

donasi relawan lahatonline.com
Bagikan ke :
Share on Facebook Share on Google+ Tweet about this on Twitter Email this to someone Share on Whatsapp

BERITA TERKINI

LAHAT DALAM POTRET

LAHAT
MERAPI TIMUR - MERAPI BARAT - MERAPI SELATAN

LAHAT - Rabu, 27-Maret-2024 - 17:54

Guru Penggerak Terus Bertambah 

selengkapnya..

PULAU PINANG - GUMAY ULU - GUMAY TALANG - LAHAT SELATAN
KOTA AGUNG - MULAK ULU - MULAK SEBINGKAI - PAGAR GUNUNG - TANJUNG TEBAT
TANJUNG SAKTI PUMU - TANJUNG SAKTI PUMI

Nak Keruan Gale

Seni Budaya

Wisata

Almamater