PIRDAUS : STANDARD MEMILIH WAKIL RAKYAT MENENTUKAN MASA DEPAN DAERAH

Jumat, 14-Desember-2018, 07:38


LAHAT – Pesta Rakyat Pileg 2014 silam banyak rakyat yang kecewa. Sebab, hampir semua iming-iming harapan yang dijanjikan Wakil Rakyat pilihan hati tidak terbukti, malah mengingkari setiap janji yang diucapkan dalam kampanye. Alhasil, Wakil Rakyat dicap tidak amanah, tak peduli dan tak berpihak kepada rakyat.

Benarkah cap kesalahan itu mutlak ada pada Wakil rakyat yang anda pilih? Atau jangan-jangan anda (rakyat) yang salah dan tak bijak dalam memilih wakil rakyat?

Selama ini, rakyat selalu menyalahkan wakil rakyat yang terpilih, dan jarang melakukan introspeksi diri. Padahal, kalau ditelusuri lebih jauh, rakyat punya peran signifikan terhadap lahirnya wakil rakyat yang buruk.

Umpamanya Filosofi jari telunjuk, menunjuk dengan jari telunjuk, empat jari mengarah diri sendiri. Artinya, kesalahan seharusnya lebih banyak kepada yang memilih, bukan kepada yang dipilih.

Potret kesalahan itu berawal dari standar rakyat dalam memilih. Banyak rakyat yang memilih tidak berdasarkan rekam jejak (track record), kapasitas, kapabilitas dan perilaku wakil rakyat dalam kesehariannya.

Semua kriteria wakil rakyat yang baik, terhalang oleh uang. Bahkan uang telah mengalir deras sejak awal wakil rakyat itu mengikrarkan diri untuk menjadi calon Wakil rakyat.

Sebut saja, untuk mengenalkan dirinya pada konstituen dengan cos politik yang begitu tinggi dalam proses konsolidasi dan sosialisasi diperparah lagi dengan budaya konstituen dengan selogan uang di tangan kaki di perahu.

Selanjutnya biaya perahu Politik dan biaya untuk menyeberangkan perahu (pemeliharaan dan sterilisasi basis) agar sampai ke pulau impian. Semuanya itu memerlukan uang yang tidak sedikit.

Uang menjadi benda keramat yang mampu menghipnotis publik. Rakyat diumpan dengan janji-janji bak mutumanikam sembari menebar uang dalam beragam bentuk.

Mulai dari sembako, bantuan rumah ibadah, memperbaiki jalan, hingga dalam wujud aslinya yakni lembaran rupiah. Ungkapan” kinilah saatnya kita merasakan uang wakil rakyat” menjadi petaka sendiri bagi rakyat.

Hamparan harapan yang membentang terlilit oleh kain panjang hutang budi yang telah ditanam rakyat. Akibatnya, wakil rakyat terpilih dengan mudah melanggar janjinya.

Sejatinya rakyat haruslah mengfungsikan segala penglihatannya dalam memilih . Membuka jendela mata dan hatinya agar terlihat dengan jelas mana calon wakil rakyat emas dan mana yang loyang.

Jangan pernah apatis terhadap politik, apalagi menganggap keputusan memilih tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan.

Ungkapan, “ siapa yang terpilih, kita juga tidak ada untungnya” adalah umpan jebakan bagi rakyat.

Rakyatlah yang akan menikmati kebijakan pemimpin ataupun wakil rakyat yang dipilihnya. Mengutip perkataan penyair Jerman Bertolt Brecht, “ Buta yang terburuk adalah buta politik, dia tidak mendengar, tidak berbicara, dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan politik”.

Kini sudah saatnya rakyat mengevaluasi keputusannya dalam memilih wakil rakyat jangan sampai peristiwa masa lalu terulang kembali ataupun bahkan harus jatuh pada jurang yang sama yakni yang didapat hanyalah janji kosong dan kekecewaan.

Saatnya rakyat harus cermat dalam menggunakan hati nurani agar wakil rakyat terpilih benar-benar layak dan punya komitmen dan tanggung jawab untuk mengavokasi aspirasi rakyat.

Rakyat terlalu mudah terpengaruh oleh laku pencitraan dan money politics. Akibatnya, Calon wakil rakyat banyak yang hebat hanya di baliho dan santun, jujur, religius, dekat dengan rakyat ketika dalam kampanye saja. Selebihnya ketika terpilih, semuanya berubah dan kembali kepada wujud semula. Hilang sudah calon wakil rakyat yang santun, jujur serta religius, yang ada hanyalah wakil rakyat yang penuh ambisi untuk dihormati dan menggunakan segala fungsi dan kuasa untuk kepentingan diri dan kelompoknya.

Kendatipun demikian, masih banyak wakil rakyat dan calon wakil rakyat yang baik, bersih dan punya integritas tinggi dalam membangun negeri.

Hanya saja tidak terekspos dan tidak punya modal untuk menduduki kursi kekuasaan. Sebab, untuk mencalonkan diri saja menjadi Wakil rakyat, sudah menghabiskan banyak uang.

Padahal gaji wakil rakyat tidak sebanding dengan bujet yang dikeluarkan untuk bisa terpilih.

Demokrasi Simbolik Fakta ini, seharusnya kian menyadarkan bangsa, bahwa demokrasi kita sudah kehilangan esensi diri.

Kita terjebak dalam lakon demokrasi simbolik bukan pada substantif. Suara dan pilihan rakyat hanya diukur sebatas memilih saja, bukan pada bagaimana proses memilih wakil rakyat yang baik dan benar.

Sebab, pilihan-pilihan hati nurani telah terkontaminasi oleh prilaku rakyat sendiri yang memilih hanya berdasarkan citra positif wakil rakyat, money politic dan apatisme politik.

Rakyat harus berani keluar dari metode lama dalam memilih wakil rakyat. Jangan lagi menjual murah suara-suara mereka. Wakil rakyat yang bijak hanya akan lahir dari rakyat yang bijak. Apa yang dilakukan wakil rakyat kita pada hari ini, jangan-jangan cerminan keseharian tingkah laku kita sendiri.

Seperti perkataanIbnu Qayyim Al Jauziyah, “Sesungguhnya di antara hikmah Allah dalam keputusan-Nya memilih para raja, pemimpin dan pelindung umat manusia adalah sama dengan amalan rakyatnya, bahkan perbuatan rakyat seakan-akan adalah cerminan dari pemimpin dan penguasa mereka.

Jika rakyat lurus, maka akan lurus juga penguasa mereka. Jika rakyat adil, maka akan adil pula penguasa mereka. Namun, jika rakyat berbuat zholim, maka penguasa mereka akan ikut berbuat zholim,”.

Wallahu’alam. Semoga momen pileg 2019 warga KKL dapat memilih wakil rakyat yang konsisiten, amanah, tanggungjawab, memiliki kemampuan intelektual dan tak kalah penting harus vokal dalam memperjuangkan aspirasi rakyat.

Salam solidaritas.

(Pirdaus)

donasi relawan lahatonline.com
Bagikan ke :
Share on Facebook Share on Google+ Tweet about this on Twitter Email this to someone Share on Whatsapp

BERITA TERKINI

LAHAT DALAM POTRET

LAHAT
MERAPI TIMUR - MERAPI BARAT - MERAPI SELATAN

LAHAT - Rabu, 27-Maret-2024 - 17:54

Guru Penggerak Terus Bertambah 

selengkapnya..

PULAU PINANG - GUMAY ULU - GUMAY TALANG - LAHAT SELATAN
KOTA AGUNG - MULAK ULU - MULAK SEBINGKAI - PAGAR GUNUNG - TANJUNG TEBAT
TANJUNG SAKTI PUMU - TANJUNG SAKTI PUMI

Nak Keruan Gale

Seni Budaya

Wisata

Almamater